BAB IV PDB, Pertumbuhan
& Perubahan Struktur Ekonomi (Perekonomian Indonesia)
Dalam GBHN, tujuan pembangunan
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk mengukur
kesejahteraan adalah National Income.

Awal pembangunan ekonomi suatu
Negara dengan prioritas:
- Pertumbuhan ekonomi
- Distribusi pendapatan
Proses pembangunan ekonomi
merubah struktur ekonomi secara mendasar:
- Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan national income yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola konsumsinya.
- Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahn teknologi, peningkatan SDM, dan penemuan material baru untuk produksi.
A. Pertumbuhan Ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan
penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan national income.

National income dapat merujuk
pada GDP, GNP atau NNP (Net national Product)
GNP = GDP + F, dimana F =
pendapatan neto atas faktor luar negeri
NNP = GNP – D, dimana D =
depresiasi
NP = NNP – Ttl, dimana Ttl =
pajak tidak langsung neto.
GDP = NP + Ttl + D – F
NP = GDP + F – D- Ttl
Pendekatan pengukuran GDP:
a) Pendekatan sisi penawaran agregat yang
mencakup:
· Pendekatan produksi. PDB=jumlah nilai output
(NO) dari semua sector ekonomi atau lapangan usaha
BPS membagi ekonomi nasional
dalam sektor:
- Pertanian
- Pertambangan dan penggalian
- Industri manufaktur
- Listrik, gas, dan air bersih
- Bangunan
- Perdagangan, hotel dan restoran
- Pengangkutan dan komunikasi
- Keuangan, sewa dan jasa perusahaan
- Jasa-jasa
· Pendekatan pendapatan. PDB=jumlah pendapatan
yang diterima FP untuk proses produksi disetiap sector yg mencakup gaji untuk
TK, bunga untuk pemilik modal, sewa untuk pemiik tanah, profit untuk pengusaha
sebelum dipotong pajak dan mencakup penyusutan.
PDB = NTB1 + NTB2 + … + NTB9,
dimana NTB= nilai tambah bruto 9 sektor
b) Pendekatan sisi permintaan agregat yakni
pendekatan pengeluaran
PDB=C + I + G + X - M
Sumber pertumbuhan:
a. Permintaan agregat

Kurva AD bergeser kekanan berarti
peningkatan permintaan C, I, G (X-M).
PDB=C + I + G + X - M
C = cY + Ca
I = -ir + Ia
G = Ga, Pengeluaran pemerintah
berifat otonom, besar kecilnya tidak ditentukan oleh factor dalam model, tapi
oleh factor lain spt politik.
X = Xa, pertumbuhan ekspor
ditentukan oleh factor eksternal
M = mY +Ma
b. Penawaran agregat.

Pertumbuhan output disebabkan
oleh peningkatan volume FP (Tenaga kerja, Kapital, Tanah) sebagai akibat dari
peningkatan produktivitas.
Q = f (X1, X2, .. Xn), dimana X =
FP
Teori dan Model Pertumbuhan.
a. Teori dan model pertumbuhan Neoklasik.
Memfokuskan pada efek akumulasi K
dan penambahan TK.
Semakin meningkat jumlah FP (TK
dan kapital) pada tingkat produktivitas tidak berubah, maka semakin meningkat
pertumbuhan output. Persentase
pertumbuhan output dapat:
- Lebih besar daripada persentase pertumbuhan jumlah FP (increasing return to scale)
- Sama dengan persentase pertumbuhan jumlah FP (constant return to scale)
- Lebih kecil dari persentase pertumbuhan jumlah FP (decreasing return to scale)
Asumsi: teknologi, ilmu
pengetahuan, dan peningkatan kualitas input tidak diperhatikan (dianggap
konstan)
Teori ini tidak berlaku untuk
Jepang, Korea Selatan dan lain-lain yang memiliki SDA sedikit dapat menunjukkan
laju pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan output mereka sebagai akibat dari
produktivitas yang semakin meningkat.
Nafziger (1997) menyatakan bahwa
Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan Singapura menunjukkan K per TK terhadap
pertumbuhan eonomi mencapai 50% - 90% dan peran teknologi sebesar 10% - 50%.
b. Teori modern (model pertumbuhan Endogen)
Teori moderan menyatakan
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi:
- FP yang mencakup TK, K, T, kewirausahaan, BB dan material,
- Faktor lain yang mencakup infrastruktur, hukum dan peraturan, stabilitas politik, kebijakan pemerintah, birokrasi, dan dasar tukar internasional.
Ketiadaan/rendahnya FP dan faktor
lain tersebut menyebabkan pembangunan ekonomi di negara-negara di afrika terhenti
Teori
Neoklasik
|
Teori
Moderen
|
Kuantitas
faktor produksi L dan K berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
|
FP
yang berpengaruh:
|
Kualitas IPTEK dan SDM
berpengaruh terhadap produktivitas untuk memproduksi dan akhirnya bermuara pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan kualitas SDM dan
Kemajuan IPTEK di Indonesia telah mendorong pertumbuhan ekonomi selama 30
tahun.
Model Harrold-Domar merupakan
model pertumbuhan neoklasik yang bisa diendogenkan yang menyatakan bahwa ada pengaruh penambahan K terhadap pertumbuhan GDP. Model
ini memiliki dua variable fundamental:
- Penambahan K
- Rasio penambahan K terhadap PDB (Y)=ICOR
Model Harrold-Domar merupakan
modifikasi dari model-model pertumbuhan dari Domar dan Harrold.
- Model Domar lebih menekankan laju investasi (∆I/I) yang ditetapkn harus tumbuh dengan % yang konstan, karena rasio pertumbuhan tabungan nasional terhadap Y dan ICORnya bersifat konstan juga.
- Model Harrold lebih menekankan pada pertumbuhan Y jangka panjang dengan laju pertumbuhan keseimbangan yang menjadikan saving yang direncanakan selalu sama dengan I yang direncanakan.
sYt = ICOR (Yt – Yt-1) =
(Yt – Yt-1)/Y = s/ICOR
Model ini menekankan 2 faktor
penting dalam pembangunan ekonomi:
- Investasi
- Tabungan
Selama krisis ekonomi, jumlah
tabungan (s) terbatas, sehingga pemerintah bergantung kepada pinjaman LN dan
PMA untuk mempertahankan kelangsungan I di dalam negeri.
Setiap negara memerlukan I
minimum untuk mempertahankan kapasitas produksi. Kapasitas produksi potensial
adalah output maksimum yang dapat dihasilkan suatu Negara pada waktu tertentu
dalam kondisi normal.
IBII (2000) mengasumsikan FP yang
menentukan kapasitas produksi Indonesia adalah K yang berjumlah melimpah
terutama bidang pertanian.
∆Cap = (1/k) (∆K), dimana Cap =
kapasitas produksi dan k = rasio output capital untuk mengukur efisiensi
penggunaan capital.
Kt = K(t-1) + ( i – s)
i = Investasi bruto
s = pengurangan K yaitu K yang
tidak ekonomis (output < biaya produksinya)
Dengan demikian:
∆Cap = (1/k) (∆K) menjadi ∆Cap =
(1/k) ( i – s)
Dengan membagi persamaan tersebut
dengan k (t-1) dan s = δ k (t-1), diperoleh persamaan tingkat pertumbuhan
kapasitas produksi.
c. Pertumbuhan FTP
Pack dan Page (1994) menyatakan
bahwa ada 2 sumber pertumbuhan utama:
- Peningkatan I (Investment driven growth) dari peningkatan FP seperti penambahan mesin
- Peningkatan produktivitas (Productivity driven growth) FP seperti kemajuan teknologi
Pengaruh kedua sumber terhadap
pertumbuhan output dapat dihitung secara parsial dan secara total.
Fungsi Cobb-Douglas:
Yt = TtKαtLβt, menjadi persamaan
linier
LnYt = Ln Tt + α Ln Kt + βLn Lt, dimana α +β = 1, sehingga α
= 1 -β
LnYt = Ln Tt +
(1 - β) Ln Kt + βLn Lt
LnYt = Ln Tt + Ln Kt - β Ln Kt +
βLn Lt
LnYt = Ln Tt + Ln Kt + β (Ln Lt -
Ln Kt )
LnYt - Ln Kt = Ln Tt + β (Ln Lt -
Ln Kt )
Ln (Yt/Kt) = Ln Tt + β Ln (Lt /Kt
)
Yt/Kt) = Tt (Lt /Kt )β
Koefisien beta dan alpha sebagai
alokator untuk mengestimasi peran input K dan L terhadap pertumbuhan output dan
estimasi nilai T menunjukkan kontribusinya terhadap perubahan output.
Studi empiris:
- Kim dan Lau (1994) menemukan pertumbuhan TFP bukan merupakan sumber utama bagi pertumbuhan ekonomi di NICs (kecuali Korea Selatan), tapi akumulasi I berkontribusi 48 – 72% dibandingkan dengan pertumbuhan TFP sebesar 46 – 71 %. Jepang, penambahan K menjadi factor utama dan pertumbuhan TFP menjadi faktor kedua. OECD (Organization for economic corporation and development), pertumbuhan TFP menjadi sumber utama bagi GDP.
- Young (1992) untuk hongkong dan singapura menunjukkan hongkong tahun 1970 – 1980 memiliki tingkat pertumbuhan TFP diatas 30%, tapi di singapura tumbuh negative. Korea selatan memiliki laju pertumbuhan TFP per tahun selama 1966 – 1990 sebesar 1,7% dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 16,5% dengan kontribusi industry manufaktur sebesar 3%. Taiwan memiliki laju pertumbuhan TFP per tahun selama 1966 – 1990 sebesar 2,6% dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 27,7% dengan sector jasa sebagai primadona.
- Pack dan Page (1994) menemukan negara dengan investment driven growth adalah Malaysia, Thailand dan Indonesia. Negara dengan productivity driven growth adalah Jepang dan NICs.
- Bank Dunia (1994) menemukan bukti bahwa rata-rata 33% dari pertumbuhan ekonomi di Asia Timur didorong oleh pertumbuhan TFP.
Perumbuhan
TFP dan Pertumbuhan Ekonomi tahun 1960 – 1980.
|
||
Negara
|
Pertumbuhan
TFP
|
Pertumbuhan
ekonomi
|
Taiwan
|
3,7%
|
42%
|
Singapura
|
1,2%
|
15%
|
Hongkong
|
3,6%
|
44%
|
Korea
Selatan
|
3,1%
|
37%
|
- Sarel (1996) menemukan bukti pertumbuhan TFP
Negara
|
Pertumbuhan TFP
|
Jepang
|
2 %
|
USA
|
0,9 %
|
Hongkong
|
3,8%
|
Taiwan
|
3,5%
|
Korea Selatan
|
3,1%
|
- Kasus pertumbuhan TFP di Indonesia:
1. Hanson et al. (1995) menemukan kebijakan
deregulasi sebelum 1980 penambahan FP mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan
deregulasi pertengahan tahun 1980an berdampak positif terhadap pertumbuhan TFP
yang menyumbang pertumbuhan PDB 31% periode 1985-1992.
2. Karseno (1995), Poot (1994), Abimnyu dan
Xie (1994), Hill dan Aswicahyono (1994) menemukan pertumbuhan TFP di sektor
manufaktur dan ada perbedaan yang cukup besar diantara subsector industri
3. Suhariyanto (2001) meneliti pertumbuhan
TFP disektor pertanian selama orde baru. Perbandingan pertumbuhan TFP, output,
dan input sector pertanian beberapa Negara sbb:
Negara
|
TFP
|
Output
|
Tanah
|
Tk
|
Binatang
|
Pupuk
|
Mesin
|
Cina
|
0,47
|
4,34
|
0,14
|
1,7
|
2,45
|
10,64
|
8,85
|
Jepang
|
2,7
|
1,15
|
-0,92
|
-4,06
|
1,66
|
-0,13
|
15,16
|
Korea
Selatan
|
3,3
|
3,78
|
-0,26
|
-1,71
|
3,46
|
3,05
|
31,77
|
Indonesia
|
0,18
|
4,04
|
0,60
|
1,65
|
1,42
|
11,37
|
7,60
|
Malaysia
|
3,55
|
5,25
|
1,96
|
-0,01
|
1,05
|
8,77
|
9,58
|
Thailand
|
-1
|
3,89
|
1,87
|
1,84
|
0,37
|
12,32
|
11,10
|
Philipina
|
1,33
|
2,74
|
1,29
|
1,66
|
-0,42
|
5,9
|
2,42
|
India
|
-0,5
|
2,90
|
0,15
|
1,42
|
0,81
|
10,35
|
11,88
|
B. Pertumbuhan Ekonomi selama
Orde baru sampai Era Megawati
Selama tahun 1966 – 1997,
pertumbuhan ekonomi relative tinggi dengan ukuran pendapatan nasional perkapita
tahun 1968 sebesar US$ 60 dan akhir tahun 1980an sebesar US$ 500. Pertumbuhan
ekonomi 7-8% selama tahun 1970an dan menurun 3 – 4% dalam tahun 198an.
Perkonomian nasional bergantungan valas dari ekspor barang primer (minyak dan
pertanian). Pemasukan valas ini bergantung pada:
- Kondisi pasar internasional komoditi tersebut
- Harga komoditi tersebut
- Pertumbuhan ekonomi dunia (Jepang, USA dan Eropa merupakan pasar utama Indonesia).
Pengaruh Resesi Dunia terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia.

Resesi adalah penurunan aktivitas
ekonomi dunia (penurunan GPD).
Dampak resesi tahun 1982 terhadap
laju pertumbuhan ekonomi tahun 1982 sampai 1988.

Krisis ekonomi akhir tahun 1997
berdampak pada pertumbuhan ekonomi:
Setelah krisis, pertumbuhan
ekonomi di Asia Tenggara selama tahun 1999-2002.
Negara
|
Tahun
|
|||
1999
|
2000
|
2001
|
2002
|
|
Asia
Tenggara
|
3,8
|
5,9
|
1,9
|
3,4
|
Philipina
|
3,4
|
4
|
3,4
|
4
|
Indonesia
|
0,8
|
4,9
|
3,3
|
3,7
|
Malaysia
|
6,1
|
8,3
|
0,4
|
4,2
|
Singapura
|
6,9
|
10,3
|
2
|
3,7
|
Thailand
|
4,4
|
4,6
|
1,8
|
2,
|
Vietnam
|
4,7
|
6,1
|
5,8
|
6,2
|
Pada tahun 1999, Thailand yang
mengalami krisis yang sama dapat menumbuhkan ekonomi yang lebih tinggi dari
Indonesia.
Perbandingan Pendapatan nasional
bruto antar negara sebelum dan setelah krisis ekonomi.
Negara
|
1997
|
1998
|
1999
|
2000
|
2001
|
China
|
710
|
740
|
780
|
840
|
890
|
India
|
420
|
420
|
440
|
450
|
460
|
Indonesia
|
1.088
|
640
|
580
|
570
|
680
|
Jepang
|
39.390
|
33.720
|
33.350
|
35.620
|
35.990
|
Korsel
|
11.390
|
8.740
|
8.480
|
8.960
|
9.400
|
Malaysia
|
4.600
|
3.360
|
3.370
|
3.370
|
3.640
|
Pakistan
|
480
|
460
|
450
|
440
|
420
|
Philipina
|
1.240
|
1,090
|
1.050
|
1.040
|
1.050
|
Thailand
|
2.780
|
2.110
|
2.000
|
2.010
|
1.970
|
Vietna
|
340
|
350
|
370
|
390
|
410
|
Sebelum krisis PNB Indonesia
lebih tinggi dari China, tapi setelah krisis Indonesia dibawah China, sebagai
akibat kredit macet antar bank, produksi industry manufaktur menurun tajam,
sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan negative (menurun).
Sektor
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
1999
|
2000
|
2001
|
Pertanian
|
4,4
|
3,1
|
1
|
-0,7
|
2,1
|
1,7
|
2,2
|
Pertamb.
& Penggalian
|
6,7
|
6,3
|
2,1
|
-2,8
|
-1,7
|
2,3
|
2,5
|
Industri
manufaktur
|
10,9
|
11,6
|
5,3
|
-11,4
|
2,6
|
6,2
|
6,3
|
Listrik,
Gas & air bersih
|
15,9
|
13,6
|
12,4
|
2,6
|
8,2
|
8,8
|
5,8
|
Bangunan
|
12,9
|
13,6
|
12,4
|
2,6
|
8,2
|
8,8
|
5,8
|
Perdag.
Hotel & Resto
|
7,9
|
8,2
|
5,8
|
-18
|
-0,4
|
5,7
|
3,4
|
Pengangkutan
& Komunikasi
|
8,5
|
8,7
|
7
|
-15,1
|
-0,7
|
9,4
|
3,8
|
Keuangan,
Sewa dan Jasa perusahaan
|
11
|
6
|
5,9
|
-26,6
|
-8,1
|
4,7
|
3,6
|
Jasa-jasa
|
3,3
|
3,4
|
3,6
|
-3,8
|
1,8
|
2,2
|
2,7
|
PDB
|
8,2
|
7,8
|
4,7
|
-13,1
|
0,8
|
4,9
|
3,3
|
Perumbuhan Riil Komponen
Aggregate Demand
Sektor
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
1999
|
2000
|
2001
|
2002
|
C
|
16,86
|
9,72
|
8,09
|
-6,4
|
2,97
|
3,63
|
5,94
|
4,72
|
G
|
1,34
|
2,69
|
0,06
|
-15,37
|
0,69
|
6,49
|
8,24
|
12,79
|
I
|
13,99
|
14,51
|
8,57
|
-33,01
|
-19,94
|
17,91
|
3,96
|
-0,19
|
X
|
9,64
|
7,56
|
7,8
|
11,18
|
-31,61
|
16,06
|
1,88
|
-1,24
|
M
|
27,06
|
6,68
|
14,72
|
-5,29
|
-40,68
|
18,18
|
8,05
|
-16,50
|
C. Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
Asian Countries' GDP's Growth
Rate (% per year)
Resource: Asian Delvelopment
Outlook 2007
Comparison Table: by Runckel
& Associates
Country
|
2002
|
200
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007*
|
2008*
|
Cambodia
|
6.2
|
8.6
|
10.0
|
13.4
|
10.4
|
9.5
|
9.0
|
China
|
9.1
|
10.0
|
10.1
|
10.4
|
10.7
|
10.0
|
9.8
|
Hong
Kong
|
1.8
|
3.2
|
8.6
|
7.5
|
6.8
|
5.4
|
5.2
|
India
|
3.8
|
8.5
|
7.5
|
9.0
|
9.2
|
8.0
|
8.3
|
Indonesia
|
4.5
|
4.8
|
5.0
|
5.7
|
5.5
|
6.0
|
6.3
|
Japan
|
0.3
|
1.4
|
2.7
|
1.9
|
2.2
|
-
|
-
|
Korea
|
7.0
|
3.1
|
4.7
|
4.0
|
5.0
|
4.5
|
4.8
|
Laos
|
5.9
|
6.1
|
6.4
|
7.0
|
7.3
|
6.8
|
6.5
|
Malaysia
|
4.4
|
5.5
|
7.2
|
5.2
|
5.9
|
5.4
|
5.7
|
Philippines
|
4.4
|
4.9
|
6.2
|
5.0
|
5.4
|
5.4
|
5.7
|
Singapore
|
4.2
|
3.1
|
8.8
|
6.6
|
7.9
|
6.0
|
5.5
|
Thailand
|
5.3
|
7.1
|
6.3
|
4.5
|
5.0
|
4.0
|
5.0
|
Vietnam
|
7.1
|
7.3
|
7.8
|
8.4
|
8.2
|
8.3
|
8.5
|
*Forecasted for 2007-2008
Faktor penentu pertumbuhan
ekonomi:
a) Faktor internal yang mencakup factor
ekonomi dan non ekonomi (politik, social dan keamanan).
Faktor ekonomi mencakup:
pengendalian terhadap inflasi, cadangan devisa, rasio hutang Ln terhadap PDB,
dan kondisi perbankan, serta kesiapan dunia usaha.
b) Faktor eksternal adalah faktor-faktor
ekonomi yang mencakup perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi dunia.
Ekspor Produk Dunia per Wilayah ,
1948, 1953, 1963, 1973, 1983, 1993, 2003 and 2007
1948
|
1953
|
1963
|
1973
|
1983
|
1993
|
2003
|
2007
|
|
VOLUE
(Billion dollars)
|
||||||||
World
|
59
|
84
|
157
|
579
|
1838
|
3675
|
7375
|
13619
|
SHARE
(percentage)
|
||||||||
World
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
North
America
|
28.1
|
24.8
|
19.9
|
17.3
|
16.8
|
18
|
15.8
|
13.6
|
South
and Central America
|
11.3
|
9.7
|
6.4
|
4.3
|
4.4
|
3
|
3
|
3.7
|
Europe
|
35.1
|
39.4
|
47.8
|
50.9
|
43.5
|
45.4
|
45.9
|
42.4
|
Africa
|
7.3
|
6.5
|
5.7
|
4.8
|
4.5
|
2.5
|
2.4
|
3.1
|
Middle
East
|
2
|
2.7
|
3.2
|
4.1
|
6.8
|
3.5
|
4.1
|
5.6
|
Asia
|
14
|
13.4
|
12.5
|
14.9
|
19.1
|
26.1
|
26.2
|
27.9
|
USSR,
Former
|
2.2
|
3.5
|
4.6
|
3.7
|
5
|
-
|
-
|
-
|
Sumber: WTO, 2008
D. Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi jangka
panjang (PDB/PN) merubah struktur ekonomi dari pertanian menuju industry
(sector non primer) terutama industry manufaktur dengan increasing return to
scale.
Semakin cepat pertumbuhan
ekonomi, semakin meningkat pendapatan perkapita, semakin cepat perubahan
struktur ekonomi.
Perubahan struktur
ekonomi/transformasi structural merupakan serangkaian perubahan yang saling
terkait satu dengan lainnya dalam aggregate demand, perdagangan LN, dan
aggregate supply untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Teori perubahan struktur ekonomi:
Teori Arthur Lewis (Teori migrasi)
Teori ini membahas pembangunan di
pedesaan (perekonomian tradisional dengan pertanian sebagai sector utama) dan
perkotaaan (perekonomian modern dengan industry sebagai sector utama).
Di pedesaan tingkat pertumbuhan
penduduk sangat tinggi, shg kelebihan supply TK dan tingkat hidup yang
subsistence, sehingga produk marjinalnya sama dengan nol dengan upah yang
rendah. Produk marjinal =0 berarti
fungsi produksi sector pertanian telah optimal.
Jika jumlah TK > dari titik
optimal, maka produktivitas menurun dan upah menurun.
Dengan mengurangi jumlah TK yang
terlalu banyak dibandingkan tanah dan capital tidak merubah jumlah outputnya.
Diperkotaan, sector industry
kekurangan TK, sehingga produktivitas TK menjadi tinggi dan nilai produk
marjinalnya positif yang menunjukkan fungsi produksinya belum mencapai titik
optimal, sehingga upahnya juga tinggi.
Perbedaan upah ini menyebabkan
migrasi/urbanisasi TK dari desa ke kota, sehingga upah TK meningkat dan akhirnya
pendapatan Negara meningkat.
Pendapatan yang meningkat
meningkatkan permintaan makanan (output meningkat) dan dalam jangka panjang
pereonomian pedesaan tumbuh dan permintaan produk industry dan jasa meningkat
yang menjadi motor utama pertumbuhan output dan diversifikasi produk non
pertanian.
Teori Hollis Chenery (Teori transformasi
structural/pattern of development)
Teori ini memfokuskan pada
perubahan struktur ekonomi di LDCs yang mengalami transformasi dari pertanian
tradisional ke sector industry sebagai penggerak utama pertumbuhan. Penelitian
Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita merubah:
· pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan
pokok ke produk manufaktur dan jasa
· Akumulasi capital secara fisik dan SDM
· Perkambangan kota dan industry
· Penurunan laju pertumbuhan penduduk
· Ukuran keluarga yang kecil
· Sector ekonomi didominasi oleh sector non
primer terutama industry
Chenery menyatakan bahwa proses
transformasi structural dapat dipercepat jika pergeseran pola permintaan
domestic kearah produk manufaktur dan diperkuat dengan ekspor.
Yi = Di + (Xi-Mi) + ij
Dimana Yi= output bruto industry
manufaktur
Di=
permintaan domestic untuk konsumsi
X-M =
perdagangan neto (ekspor-impor)
Yij=
penggunaan produk oleh perusahaan menufaktur sebagai input
Kenaikan produksi sector
manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor:
Kenaikan permintaan domestic
Peningkatan ekspor
Substitusi impor
Perubahan teknologi
Kelompok LDCs mengalami proses
transisi ekonomi yang pesat dengan pola dan proses yang berbeda-beda sebagai
akibat dari perbedaan antar negara:
Kondisi dan struktur awal ekonomi DN
(memiliki industry dasar atau tidak)
Besar pasar DN (tergantung pada pertumbuhan
penduduk)
Pola distribusi pendapatan (merata atau
tidak)
Karakteristik industrialisasi (strategi
pembangunan industry apakah ada industry yang diunggulkan)
Keberadaan SDA (keberadaan kualitas dan
kuantitas SDA)
Kebijakan perdagangan LN (kebijakan
tertutup/protektif indystri DN atau terbuka/promosi ekspor).
E. Kasus di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi beberapa negara
Country
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007*
|
2008*
|
China
|
9.1
|
10.0
|
10.1
|
10.4
|
10.7
|
10.0
|
9.8
|
Hong
Kong
|
1.8
|
3.2
|
8.6
|
7.5
|
6.8
|
5.4
|
5.2
|
India
|
3.8
|
8.5
|
7.5
|
9.0
|
9.2
|
8.0
|
8.3
|
Indonesia
|
4.5
|
4.8
|
5.0
|
5.7
|
5.5
|
6.0
|
6.3
|
Malaysia
|
4.4
|
5.5
|
7.2
|
5.2
|
5.9
|
5.4
|
5.7
|
Philippines
|
4.4
|
4.9
|
6.2
|
5.0
|
5.4
|
5.4
|
5.7
|
Singapore
|
4.2
|
3.1
|
8.8
|
6.6
|
7.9
|
6.0
|
5.5
|
Thailand
|
5.3
|
7.1
|
6.3
|
4.5
|
5.0
|
4.0
|
5.0
|
Vietnam
|
7.1
|
7.3
|
7.8
|
8.4
|
8.2
|
8.3
|
8.5
|
Kontribusi nilai tambah bruto
(NTB) sector pertanian terhadap GDP 1997 – 2001 (%)
Negara
|
1997
|
1998
|
1999
|
2000
|
2001
|
China
|
19
|
19
|
18
|
16
|
15
|
India
|
28
|
28
|
26
|
25
|
24
|
Indonesia
|
16
|
18
|
20
|
17
|
16
|
Thailand
|
11
|
13
|
11
|
10
|
10
|
Malaysia
|
11
|
13
|
11
|
9
|
8
|
Philipina
|
19
|
17
|
17
|
16
|
15
|
Vietnam
|
26
|
26
|
25
|
24
|
-
|
Kontribusi nilai tambah bruto
(NTB) sector industry terhadap GDP 1997 – 2001 (%)
Negara
|
1997
|
1998
|
1999
|
2000
|
2001
|
China
|
50
|
49
|
49
|
51
|
52
|
India
|
27
|
27
|
26
|
27
|
27
|
Indonesia
|
44
|
45
|
43
|
47
|
47
|
Thailand
|
39
|
38
|
38
|
40
|
40
|
Malaysia
|
45
|
44
|
46
|
52
|
50
|
Philipina
|
32
|
31
|
31
|
31
|
31
|
Vietnam
|
32
|
33
|
34
|
37
|
-
|
Perubahan struktur ekonomi
Indonesia dapat dilihat dari distribusi PDB
F. Metode Perhitungan Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat
dari:
a. Nilai absolute
b. Nilai relative (persentase)
Pertumbuhan dalam % dihitung:
∆GDPt = [GDPt – GDPt-1]/GDP t-1
Laju pertumbuhan ekonomi
rata-rata per tahun selama tahun tertentu digunakan rumus dengan faktor
penggabungan
tn = t0 (1+r)n-1, dimana r=laju
pertumbuhan GDP rata-rata pertahun
n=jumlah tahun
tn =tahun terakhir
t0=tahun awal
(1+r)n-1 = factor penggabungan
Pertumbuhan ekonomi dengan nilai
absolute dapat dinyatakan dalam:
a. Nilai nominal berdasarkan harga berlaku:
kenaikan harga turut dihiitung termasuk inflasi
GDPHB(t) = [GDPHK(t) x IHKt]/100
b. Nilai rill berdasarkan harga konstan: nilai
produk dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar
GDPHK(t) = [100/IHKt]XGDPHB(t)
Dimana
HKt= harga konstan
HBt= harga berlaku
IHKt= Indeks harga konsumen
100=IHK tahun dasar
t =tahun tertentu
SOAL SOAL
1. Untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat adalah tujaun dari . . .
a. ekonomi
b. distribusi
c. pembangunan “
d. Proses Sosial
2. Faktor pendorong utama sisi
penawaran agregat seperti berikut, kecuali..
a. Perubahn teknologi
b. Peningkatan SDM
c. Penemuan material baru untuk
produks
d.
Penurunan kelahiran dan kematian “
3. Pertumbuhan ekonomi dapat
mempengaruhi
penambahan dari . . .
a. GDP “
b. SDM
c. SDA
d. BBM
4. Faktor eksternal penentu pertumbuhan ekonomi
adalah..
a. Pengendalian terhadap inflasi
b. Cadangan devisa,
c.
Perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi dunia “
d. Rasio hutang
5. Teori yang membahas
pembangunan di pedesaan (perekonomian tradisional dengan pertanian sebagai
sector utama) dan perkotaaan (perekonomian modern dengan industry sebagai
sector utama) adalah teori..
a. Arthur Lewis (Teori migrasi) “
b. Aristoteles
c. industry
d. Joni rasio
Referensi