Minggu, 31 Desember 2017

tugas softskill 3 penulisan Cerpen dan analisisnya

Seorang Istri


Wanita tersebut bernama Martini. Kini ia telah kembali untuk mengijakkan kaki di tanah air yaitu tanah air Indonesia, setelah tiga tahun ia meninggalkan kampung halamannya yang berjarak sekitar tiga kilometer dari arah selatan Wonosari Gunung Kidul. Di dalam benak wanita tersebut berbaur antara rasa haru, rindu dan senang. Tinggal hitungan jam, ia akan dapat bertemu kembali dengan sang suami dan anaknya.
Ketika itu Martini meninggalkan anaknya yang masih berumur tiga tahun. Ia membayangkan anak laki-lakinya kini sudah duduk dibangku sekolah dasar mengenakan seragam putih merah serta menempati rumahnya yang baru hasil dari keringatnya bekerja di Arab Saudi.
Martini merupakan seorang tenaga kerja wanita yang tergolong berhasil dari sekian banyak cerita mengenai tenaga kerja wanita yang nasibnya tidak seberuntung Martini. Tak jarang seorang TKW pulang kembali ke tanah air dengan berbadan dua alias hamil tanpa jelas siapa ayah sang janin tersebut.
Disiksa, dianiaya dan berbagai macam penyiksaan terus dialami oleh TKW Indonesia di luar negeri. Martini merupakan TKW yang beruntung memiliki majikan yang sangat baik hari, bahkan dalam kurun waktu tiga tahun bekerja dengan majikannya. Ia sudah dua kali melaksanakan umroh dengan dibiayai oleh majikannya.
Setelah pesawat sampai di bandar, martini melihat dengan seksama disekelilingnya. Ia berharap ada suami dan anaknya yang menjemput dirinya. Rasa kecewa dan iri sempat merasuki pikirannya pada saat ia melihat rekan-rekannya dijemput serta disambut kedatangannya oleh keluarganya.
Namun ia memilih untuk berhusnudzon karena ia berpikir bahwa ia datang terlambat tiga hari dari jadwal kepulangannya. Bahkan Martini merasa bersalah karena tidak memberitahukan kedatangannya melalui telepon sebelumnya.
Akhirnya ia memutuskan naik taksi bandara menuju terminal Pulogadung. Dari terminal Pulogadung ia akan langsung berangkat ke Wonosari dengan menaiki bus maju lancar. Ia ingin segera naik bus dan langsung beristirahat karena tubuhnya saat ini sudah terlalu letih untuk perjalanan yang cukup memakan waktu dan tenaga dari Arab Saudi.
Tanpa ia sadari, ia sudah sampai di kampung halamannya yaitu di Wonosari. Namun, ia melihat ada hal yang aneh, rumahnya yang sekaligus warisan ayahnya yang telah ia huni bersama suami, anak dan ibunya masih terlihat sama. Ia berpikir dimana rumah baru yang dikirimkan fotonya oleh suaminya.
Ia pun langsung mengetuk pintu rumah, lalu ada seorang anak yang menjawab.
“Mba ingin cari siapa?” tanya anak tersebut setelah membukakan pintu rumah.
“Andra? Ini aku ibumu, sudah lupa ya. Apakah bapakmu tidak pernah menceritakan tentang diriku?” ucap martini yang balik bertanya kepada anaknya.
“Ayah? Ibu? silahkan masuk. Sebentar nanti Andra bangunkan mbah dulu,” Ucap Andra sambil berlari menuju ke arah kamar sang nenek.
Martini pun masuk ke dalam rumah sambil memerhatikan keadaan rumah yang tidak berubah sedikit pun semenjak ia pergi. Ibu Martini pun keluar dari kamarnya menyambut sang anak, lalu disusul Anda yang membawakan segelas teh hangat.
“Bagaimana keadaan simbok?”. Tanya Martini kepada ibunya.
“Oh, anakku simbok di sini keadannya baik-baik saja, kamu sendiri bagaimana keadaannya, tin?”. Tanya balik ibunya kepada Martini.
“Aku baik-baik saja mbok, oh iya mau tanya suami aku dimana yah mbik?” Tanya Martini. Mendengar hal tersebut raut ibu Martini berubah drastis.
“Tentang suamimu, nanti simbok akan ceritakan padamu, sebaiknya kamu istirahat dulu. Kamu pasti capek setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh. Inget, diminum dulu teh hangatnya”. saran ibu Martini.
Martini pun menurut saja apa yang telah disarankan oleh ibunya. Setelah meminum segelas teh hangat, ia pun tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Tetapi, tetap aja ia tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya tetap memikirkan tentang suaminya.
Karena rasa penasarannya, ia pun mencoba bangkit lalu bertemu dengan ibunya yang sedang memasak di dapur.
“Maaf mbok, suamiku dimana yah? Tini sudah rindu dan ingin bicara dengannya.” Ujar Martini memulai kembali percakapan. Ibu Martini pun terlihat berpikir sejenak, kemudian berdiri dan mengambil satu gelas air putih dari kendi.
“Minumlah air putihnya supaya kamu lebih tenang. Tini, nanti simbok akan ceritakan di mana suamimu berada, jika kamu sudah tidak sabar.”
Ia pun diceritakan oleh ibunya mengenai suaminya yang telah membuat rumah baru di desa sebelah. Namun ia tergoda oleh wanita yang tepat berada disebelah rumah baru tersebut, yaitu tetangganya sendiri. Akhirnya ia pun meninggalkan kami disini.
Wajah Martini pun terlihat sedih mendengar kabar tersebut. Ia telah bersusah payah kerja demi suami dan anaknya. Namun suaminya tersebut meninggalkannya. Pikirannya sangat kacau ketika itu. Ia pun memutuskan untuk menyambangi suami dan istri barunya. Ia berjalan dengan penuh rasa kecewa dan sekaligus sedih.
Tapi, tiba-tiba terdengar suara, “Mbak-mbak bangun sudah sampai Wonosari!”. Dan ternyata kejadian tersebut hanyalah mimpi. Setelah bangun, ia memastikan bahwasanya hal tersebut merupakan mimpi yaitu dengan melihat ke jendela.
“Alhamdulillah Ya Allah, ternyata semua itu mimpi.” ucapan syukur Martini yang bahagia karena kejadian yang membuat ia sedih merupakan mimpi.

Unsur Intrinsik

1.       Tema: Percayalah kepada niat baikmu.
2.      Latar:
– Tempat: Di dalam bis dan di kampung halaman (Wonosari)
– Waktu: Tiga tahun sesudah kepergian Martini menuju Arab Saudi.
– Suasana: Diawal cerita suasana yang tampak biasa saja, namun pada pertengahan kisah suasana yang timbul sedikit menegangkan pada saattokoh utama bermimpi
3.      Alur: Alur Maju
4.      Tokoh:
– Martini : Wataknya bertanggung jawab terhadap keluarga, pekerja keras, lembut dan sabar.
– Mbok: Sabar
– Andra: Patuh terhadap orang tua
– Mas +oko: Tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarga.
5.      Sudut Pandang: orang ketiga
6.      Suasana Hati/Mood: kebahagiaan, penyesalan, kecemburuan, kesabaran dan kecuriagaa.
7.      Amanat:
– Senantiasa berbuat baik untuk menggapai ridho Allah SWT.
– Kesabaran serta keuletan dalam bekerja akan membuahkan hasil.
– Jangan bersikap su’udzon terhadap segala hal sebelum ada buktinya.
– Seharusnya seorang suami haruslah bertanggung untuk mencari nafkah bukan sang istri.

Unsur Ekstrinstik

§  Nilai Moral:
Di dalam cerpen ini memberikan pesan bahwasanya kita harus bersikap husnudzon atau berprasangka baik sebelum mempunyai bukti yang kuat, karena sikap tersebut merupakan budi pekerti yang baik.
§  Nilai Sosial Budaya:
Di dalam masyarakat pada zaman sekarang, banyak sekali yang pergi keluar untuk bekerja adalah seorang istri dalam mencari nafkah. Padahal norma dan budaya yang ada itu mengharuskan seorang lelaki lah yang mencarikan nafkah untuk anak dan istrinya.

Sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar